Langsung ke konten utama

Potensi Resesi di Indonesia Tahun 2024

Resesi adalah kondisi di mana perekonomian suatu negara mengalami penurunan selama dua kuartal berturut-turut atau lebih, yang ditunjukkan oleh kontraksi produk domestik bruto (PDB). Resesi biasanya disebabkan oleh berbagai faktor, seperti krisis keuangan, krisis politik, krisis energi, krisis pangan, bencana alam, pandemi, atau perang. Resesi memiliki dampak negatif bagi perekonomian dan masyarakat, seperti peningkatan pengangguran, kemiskinan, ketimpangan, dan utang.


Indonesia pernah mengalami resesi dua kali dalam sejarahnya. Pertama, pada tahun 1998, akibat krisis moneter yang melanda Asia Tenggara dan berujung pada runtuhnya rezim Orde Baru. Kedua, pada tahun 2020, akibat pandemi Covid-19 yang menghambat aktivitas ekonomi dan sosial. Kedua resesi tersebut memiliki dampak yang sangat besar bagi perekonomian dan masyarakat Indonesia, seperti anjloknya nilai tukar rupiah, inflasi, defisit anggaran, penurunan pertumbuhan, dan kerusuhan sosial .


Bagaimana dengan potensi resesi di Indonesia tahun 2024? Apa penyebab, ciri, dan dampaknya? Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menggunakan analisis dan data terkini.


Penyebab Potensi Resesi di Indonesia Tahun 2024

Potensi resesi di Indonesia tahun 2024 dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Berikut adalah beberapa faktor penyebab potensi resesi di Indonesia tahun 2024:

  • Keadaan ekonomi global yang buruk. Ekonomi global diprediksi akan mengalami perlambatan akibat dampak jangka panjang dari pandemi Covid-19, seperti penurunan permintaan, gangguan rantai pasok, dan ketidakpastian pasar . Hal ini akan berpengaruh negatif bagi ekonomi Indonesia, yang sangat bergantung pada ekspor, impor, investasi, dan pariwisata dari negara-negara mitra dagangnya, seperti China, Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa .
  • Kenaikan suku bunga bank dari dampak inflasi. Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus . Inflasi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kenaikan permintaan, kenaikan biaya produksi, kenaikan harga barang impor, atau kenaikan jumlah uang beredar. Inflasi bisa berdampak negatif bagi perekonomian, seperti menurunkan daya beli masyarakat, menurunkan nilai tukar mata uang, dan menurunkan daya saing produk domestik. Untuk mengendalikan inflasi, bank sentral biasanya menaikkan suku bunga acuan, yang merupakan harga pinjaman antarbank . Kenaikan suku bunga acuan akan berpengaruh pada kenaikan suku bunga kredit, yang merupakan harga pinjaman antarbank dan nasabah. Kenaikan suku bunga kredit akan menghambat aktivitas ekonomi, seperti konsumsi, investasi, dan produksi.
  • Krisis pangan dan krisis energi. Krisis pangan adalah kondisi di mana ketersediaan dan aksesibilitas pangan tidak mencukupi bagi kebutuhan masyarakat . Krisis pangan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti bencana alam, perubahan iklim, konflik, spekulasi, atau kebijakan pemerintah . Krisis pangan bisa berdampak negatif bagi perekonomian dan masyarakat, seperti kenaikan harga pangan, kelaparan, malnutrisi, dan konflik sosial. Krisis energi adalah kondisi di mana ketersediaan dan aksesibilitas energi tidak mencukupi bagi kebutuhan masyarakat . Krisis energi bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan cadangan, peningkatan permintaan, gangguan pasokan, atau sanksi politik. Krisis energi bisa berdampak negatif bagi perekonomian dan masyarakat, seperti kenaikan harga energi, pemadaman listrik, penurunan produksi, dan ketegangan geopolitik.
  • Terjadinya ketidakpastian pasar dan beban utang. Ketidakpastian pasar adalah kondisi di mana pelaku pasar tidak memiliki informasi yang cukup atau akurat tentang situasi dan prospek pasar. Ketidakpastian pasar bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan kebijakan, perubahan preferensi, perubahan teknologi, atau perubahan lingkungan. Ketidakpastian pasar bisa berdampak negatif bagi perekonomian, seperti menurunkan kepercayaan, menurunkan investasi, menurunkan pertumbuhan, dan meningkatkan volatilitas. Beban utang adalah jumlah utang yang harus dibayar oleh suatu negara, baik kepada pihak dalam negeri maupun luar negeri. Beban utang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti defisit anggaran, defisit neraca pembayaran, atau pinjaman luar negeri. Beban utang bisa berdampak negatif bagi perekonomian, seperti menurunkan kredibilitas, menurunkan kesejahteraan, menurunkan kemampuan investasi, dan meningkatkan ketergantungan.
  • Terjadinya banyak gejolak politik. Gejolak politik adalah kondisi di mana terjadi ketidakstabilan, ketegangan, atau konflik dalam arena politik suatu negara. Gejolak politik bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pergantian pemerintahan, pergolakan sosial, persaingan kepentingan, atau intervensi asing. Gejolak politik bisa berdampak negatif bagi perekonomian dan masyarakat, seperti menurunkan legitimasi, menurunkan keamanan, menurunkan kinerja pemerintah, dan meningkatkan polarisasi.


Ciri Potensi Resesi di Indonesia Tahun 2024

Potensi resesi di Indonesia tahun 2024 bisa dilihat dari beberapa ciri atau indikator, baik makroekonomi maupun mikroekonomi. Berikut adalah beberapa ciri atau indikator potensi resesi di Indonesia tahun 2024:

  • Pertumbuhan PDB yang rendah atau negatif. PDB adalah nilai total barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara dalam periode tertentu. Pertumbuhan PDB adalah perubahan persentase nilai PDB dari periode sebelumnya. Pertumbuhan PDB yang rendah atau negatif menunjukkan bahwa perekonomian suatu negara mengalami perlambatan atau kontraksi. Pertumbuhan PDB Indonesia diprediksi akan rendah atau negatif di tahun 2024, akibat faktor-faktor penyebab potensi resesi yang telah disebutkan sebelumnya.
  • Pengangguran yang tinggi. Pengangguran adalah kondisi di mana seseorang yang mampu dan mau bekerja tidak mendapatkan pekerjaan. Tingkat pengangguran adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Tingkat pengangguran yang tinggi menunjukkan bahwa perekonomian suatu negara mengalami kesulitan dalam menciptakan lapangan kerja. Tingkat pengangguran Indonesia diprediksi akan tinggi di tahun 2024, akibat penurunan aktivitas ekonomi dan peningkatan populasi.
  • Inflasi yang tinggi. Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus . Tingkat inflasi adalah perubahan persentase indeks harga konsumen (IHK) dari periode sebelumnya 
  • . IHK adalah ukuran rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Tingkat inflasi yang tinggi menunjukkan bahwa perekonomian suatu negara mengalami penurunan nilai uang . Tingkat inflasi Indonesia diprediksi akan tinggi di tahun 2024, akibat kenaikan permintaan, kenaikan biaya produksi, kenaikan harga barang impor, atau kenaikan jumlah uang beredar.
  • Defisit anggaran yang besar. Defisit anggaran adalah kondisi di mana pengeluaran pemerintah melebihi penerimaan pemerintah dalam periode tertentu. Defisit anggaran bisa diukur dengan menggunakan rasio defisit terhadap PDB. Rasio defisit terhadap PDB adalah perbandingan antara jumlah defisit anggaran dengan nilai PDB. Defisit anggaran yang besar menunjukkan bahwa perekonomian suatu negara mengalami ketidakseimbangan fiskal. Defisit anggaran Indonesia diprediksi akan besar di tahun 2024, akibat penurunan penerimaan pajak, peningkatan belanja publik, atau peningkatan bantuan sosial.
  • Defisit neraca pembayaran yang besar. Defisit neraca pembayaran adalah kondisi di mana transaksi ekonomi suatu negara dengan negara lain menghasilkan lebih banyak pengeluaran daripada penerimaan dalam periode tertentu. Defisit neraca pembayaran bisa diukur dengan menggunakan rasio defisit terhadap PDB . Rasio defisit terhadap PDB adalah perbandingan antara jumlah defisit neraca pembayaran dengan nilai PDB. Defisit neraca pembayaran yang besar menunjukkan bahwa perekonomian suatu negara mengalami ketidakseimbangan eksternal. Defisit neraca pembayaran Indonesia diprediksi akan besar di tahun 2024, akibat penurunan ekspor, peningkatan impor, penurunan investasi asing, atau penurunan cadangan devisa.


Dampak Potensi Resesi di Indonesia Tahun 2024

Potensi resesi di Indonesia tahun 2024 akan memiliki dampak yang sangat negatif bagi perekonomian dan masyarakat. Berikut adalah beberapa dampak potensi resesi di Indonesia tahun 2024:

  • Menurunnya kesejahteraan masyarakat. Resesi akan menyebabkan menurunnya pendapatan, konsumsi, dan tabungan masyarakat. Hal ini akan berdampak pada menurunnya kualitas hidup, kesehatan, pendidikan, dan kebahagiaan masyarakat . Resesi juga akan menyebabkan meningkatnya kemiskinan, ketimpangan, dan kriminalitas masyarakat.
  • Menurunnya kinerja perekonomian. Resesi akan menyebabkan menurunnya pertumbuhan, produktivitas, dan daya saing perekonomian. Hal ini akan berdampak pada menurunnya investasi, inovasi, dan ekspor perekonomian. Resesi juga akan menyebabkan meningkatnya inflasi, utang, dan defisit perekonomian.
  • Menurunnya stabilitas politik dan sosial. Resesi akan menyebabkan menurunnya kepercayaan, kepuasan, dan partisipasi politik dan sosial masyarakat. Hal ini akan berdampak pada menurunnya legitimasi, kinerja, dan akuntabilitas pemerintah. Resesi juga akan menyebabkan meningkatnya konflik, protes, dan kekerasan politik dan sosial masyarakat.


Sikap Masyarakat Indonesia Dalam Mempersiapkan Potensi Resesi

Menghadapi potensi resesi yang akan terjadi di tahun 2024, masyarakat Indonesia perlu memiliki sikap yang bijak, tanggap, dan adaptif. Berikut adalah beberapa sikap yang perlu dimiliki oleh masyarakat Indonesia dalam mempersiapkan potensi resesi yang akan terjadi:

  • Bijak dalam mengelola keuangan. Masyarakat Indonesia perlu bijak dalam mengelola keuangan, baik pribadi maupun keluarga. Hal ini meliputi membuat anggaran, menabung, berinvestasi, mengurangi pengeluaran, dan menghindari utang. Masyarakat Indonesia juga perlu bijak dalam memilih sumber pendapatan, baik formal maupun informal. Hal ini meliputi mencari pekerjaan, berwirausaha, atau berkolaborasi dengan pihak lain.
  • Tanggap dalam menghadapi perubahan. Masyarakat Indonesia perlu tanggap dalam menghadapi perubahan, baik ekonomi maupun sosial. Hal ini meliputi mengikuti perkembangan informasi, mengantisipasi risiko, dan mengambil peluang. Masyarakat Indonesia juga perlu tanggap dalam menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintah, baik fiskal maupun moneter. Hal ini meliputi memahami, mendukung, atau mengkritisi kebijakan pemerintah.
  • Adaptif dalam mengembangkan kompetensi. Masyarakat Indonesia perlu adaptif dalam mengembangkan kompetensi, baik kognitif maupun non-kognitif. Hal ini meliputi belajar, berpikir, dan berkreas. Masyarakat Indonesia juga perlu adaptif dalam meningkatkan kualitas, baik produk maupun jasa. Hal ini meliputi berinovasi, bersaing, dan berkualita.


Demikian artikel yang saya buat tentang potensi resesi di Indonesia tahun 2024. Saya harap artikel ini bisa memberikan informasi dan inspirasi bagi Anda. Terima kasih telah membaca hingga akhir. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.

Komentar