Langsung ke konten utama

Potensi Cut Interest Rate oleh The Fed di Tahun 2024: Apa yang Perlu Diketahui?

Interest rate atau suku bunga adalah salah satu variabel ekonomi yang paling berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian, baik di tingkat makro maupun mikro. Suku bunga adalah harga dari uang, yang menentukan biaya pinjaman dan imbal hasil investasi. Suku bunga juga mencerminkan ekspektasi pasar terhadap kondisi ekonomi di masa depan, seperti pertumbuhan, inflasi, dan stabilitas.


Salah satu lembaga yang memiliki peran penting dalam menetapkan suku bunga adalah bank sentral. Di Amerika Serikat, bank sentralnya adalah Federal Reserve System, atau yang lebih dikenal dengan sebutan The Fed. The Fed adalah otoritas moneter yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga, memaksimalkan lapangan kerja, dan mengatur sistem keuangan negara adidaya tersebut.


Untuk mencapai tujuan-tujuannya, The Fed menggunakan berbagai instrumen kebijakan moneter, salah satunya adalah menetapkan suku bunga acuan, yang disebut dengan Federal Funds Rate (FFR). FFR adalah suku bunga yang dikenakan oleh bank-bank komersial yang memiliki simpanan di The Fed kepada bank-bank lain yang meminjam dana dari mereka dalam jangka pendek, biasanya semalam.


FFR berpengaruh terhadap suku bunga lainnya di pasar, seperti suku bunga deposito, kredit, obligasi, dan hipotek. FFR juga mempengaruhi nilai tukar mata uang, terutama terhadap mata uang negara-negara lain yang berdagang dengan AS, seperti euro, yen, yuan, dan rupiah. FFR juga mempengaruhi ekspektasi inflasi, yang berdampak pada permintaan dan penawaran barang dan jasa.


Secara umum, ada dua arah perubahan suku bunga yang dapat dilakukan oleh The Fed, yaitu menaikkan (hike) atau menurunkan (cut). Kebijakan menaikkan suku bunga biasanya dilakukan ketika kondisi ekonomi sedang kuat, pertumbuhan tinggi, inflasi meningkat, dan pasar tenaga kerja ketat. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya overheat, yaitu kondisi di mana permintaan melebihi kapasitas produksi, sehingga menimbulkan tekanan inflasi yang berlebihan.


Sebaliknya, kebijakan menurunkan suku bunga biasanya dilakukan ketika kondisi ekonomi sedang lemah, pertumbuhan rendah, inflasi menurun, dan pasar tenaga kerja longgar. Tujuannya adalah untuk merangsang aktivitas ekonomi, meningkatkan konsumsi dan investasi, menurunkan pengangguran, dan mendorong inflasi menuju target yang diinginkan.


Kebijakan suku bunga The Fed selalu menjadi sorotan dan ditunggu-tunggu oleh banyak pihak, baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini karena kebijakan The Fed tidak hanya berdampak pada perekonomian AS, tetapi juga pada perekonomian global, mengingat peran AS sebagai negara adidaya dan mata uang dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia.


Siapa Itu The Fed?

The Fed adalah lembaga yang terdiri dari beberapa lapisan. Di puncaknya adalah Dewan Gubernur (Board of Governors), yang merupakan badan pengawas federal yang terdiri dari tujuh anggota, termasuk ketua dan wakil ketua. Anggota Dewan Gubernur ditunjuk oleh Presiden AS dan disetujui oleh Senat AS untuk masa jabatan 14 tahun. Ketua dan wakil ketua ditunjuk untuk masa jabatan empat tahun dan dapat diperpanjang.


Salah satu tugas utama Dewan Gubernur adalah mengambil keputusan kebijakan moneter, yang dilakukan melalui Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee, FOMC). FOMC terdiri dari 12 anggota, yaitu ketujuh anggota Dewan Gubernur dan lima presiden bank sentral regional (Federal Reserve Banks). Bank sentral regional ada 12, yang tersebar di kota-kota besar di AS, seperti New York, Chicago, San Francisco, dan lainnya. Bank sentral regional bertugas untuk mengawasi dan mengatur bank-bank komersial di wilayahnya, serta menyediakan layanan keuangan kepada pemerintah dan lembaga publik.


FOMC bertemu secara berkala, biasanya delapan kali dalam setahun, untuk mengevaluasi kondisi ekonomi dan keuangan, serta menentukan tingkat FFR yang sesuai. Keputusan FOMC diumumkan melalui siaran pers, yang disertai dengan proyeksi ekonomi dan suku bunga anggota FOMC. Selain itu, ketua The Fed juga menyampaikan laporan dan kesaksian tentang kebijakan moneter di depan Kongres AS secara berkala, serta mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan lebih lanjut keputusan dan pandangan The Fed.


Saat ini, ketua The Fed adalah Jerome Powell, yang menjabat sejak Februari 2018. Powell adalah lulusan bidang politik dari Princeton University dan bidang hukum dari Georgetown University. Sebelum menjadi ketua The Fed, Powell adalah anggota Dewan Gubernur sejak 2012. Powell juga memiliki pengalaman di bidang perbankan investasi, lembaga keuangan swasta, dan Departemen Keuangan AS.


Powell dikenal sebagai sosok yang moderat dan konsensus, yang mampu menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan politik. Powell juga dikenal sebagai komunikator yang jelas dan lugas, yang tidak ragu untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan.


Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Powell adalah mengelola dampak pandemi Covid-19, yang telah menyebabkan resesi ekonomi terparah sejak Depresi Besar pada tahun 1930-an. Untuk merespons krisis tersebut, Powell telah mengambil langkah-langkah luar biasa, seperti menurunkan FFR mendekati nol, meluncurkan program pembelian aset (quantitative easing) dalam skala besar, dan memberikan fasilitas pinjaman darurat kepada berbagai sektor dan lembaga.


Langkah-langkah tersebut berhasil menstabilkan pasar keuangan dan mencegah terjadinya krisis sistemik. Namun, dampaknya terhadap pemulihan ekonomi masih terbatas, mengingat masih adanya hambatan dari sisi kesehatan, fiskal, dan struktural. Oleh karena itu, Powell terus menekankan perlunya dukungan kebijakan yang kuat dan berkelanjutan, baik dari sisi moneter maupun fiskal, untuk mengatasi dampak pandemi dan mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.


Apa Potensi Cut Interest Rate oleh The Fed di Tahun 2024?

Setelah menurunkan FFR hingga mendekati nol pada Maret 2020, The Fed telah mempertahankan tingkat suku bunga tersebut hingga saat ini. Hal ini dilakukan untuk memberikan stimulus moneter yang maksimal kepada perekonomian AS, yang masih berada di bawah potensinya akibat pandemi Covid-19.


Namun, seiring dengan meningkatnya vaksinasi, stimulus fiskal, dan permintaan domestik, perekonomian AS mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal pertama 2024 mencapai 6,4% secara tahunan, di atas ekspektasi pasar. Sementara itu, tingkat pengangguran AS turun menjadi 5,8% pada Mei 2024, meskipun masih di atas level pra-pandemi sebesar 3,5%.


Salah satu dampak negatif dari pemulihan ekonomi yang cepat adalah meningkatnya tekanan inflasi. Indeks Harga Konsumen (CPI) AS naik 4,2% secara tahunan pada April 2024, jauh di atas target The Fed sebesar 2%. Beberapa faktor yang menyebabkan inflasi melonjak adalah kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, dan barang-barang impor, serta kekurangan pasokan dan lonjakan permintaan di beberapa sektor, seperti otomotif, elektronik, dan perumahan.


Meskipun demikian, The Fed masih menilai bahwa kenaikan inflasi tersebut bersifat sementara dan tidak akan berlangsung lama. Hal ini karena faktor-faktor tersebut diharapkan akan mereda seiring dengan normalisasi aktivitas ekonomi dan penyesuaian mekanisme pasar. Selain itu, The Fed juga memperhatikan bahwa masih ada celah output (output gap) dan celah tenaga kerja (labor gap) yang perlu ditutup, yaitu perbedaan antara tingkat aktual dan potensial dari output dan tenaga kerja.


Oleh karena itu, The Fed masih mempertahankan sikap akomodatifnya, yaitu memberikan stimulus moneter yang cukup untuk mendukung pemulihan ekonomi. The Fed juga mengubah kerangka kerjanya menjadi average inflation targeting (AIT), yaitu menargetkan inflasi rata-rata sebesar 2% dalam jangka panjang, yang berarti The Fed bersedia untuk membiarkan inflasi melebihi target untuk sementara waktu, asalkan dalam jangka panjang inflasi tetap terkendali.


Dengan demikian, The Fed tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunga, meskipun ada tekanan inflasi. The Fed juga tidak tergesa-gesa untuk mengurangi program pembelian asetnya, yang saat ini mencapai 120 miliar dolar AS per bulan, terdiri dari 80 miliar dolar AS untuk Treasury securities dan 40 miliar dolar AS untuk mortgage-backed securities. Program pembelian aset ini bertujuan untuk menekan suku bunga jangka panjang dan meningkatkan likuiditas pasar.


Namun, The Fed juga tidak menutup kemungkinan untuk mengubah kebijakan moneter jika kondisi ekonomi dan keuangan berubah secara signifikan. The Fed selalu mengikuti perkembangan data dan indikator ekonomi, serta memperbarui proyeksi dan pandangannya secara berkala. The Fed juga berkomitmen untuk memberikan komunikasi yang jelas dan transparan kepada publik tentang rencana dan rasionalitas kebijakan moneter.


Salah satu isu yang menjadi perhatian pasar saat ini adalah potensi cut interest rate oleh The Fed di tahun 2024. Potensi ini muncul karena adanya beberapa faktor yang dapat memperlambat laju pemulihan ekonomi AS, seperti varian baru virus Covid-19, perlambatan pertumbuhan global, ketegangan perdagangan, ketidakpastian politik, dan gejolak pasar keuangan.


Beberapa analis dan ekonom memperkirakan bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada akhir tahun 2024, jika kondisi ekonomi memburuk. Hal ini didasarkan pada proyeksi anggota FOMC, yang menunjukkan bahwa mayoritas anggota FOMC memperkirakan bahwa FFR akan tetap tidak berubah hingga akhir tahun 2024, namun ada beberapa anggota yang memperkirakan bahwa FFR akan turun sebesar 25 basis poin pada tahun 2024.


Potensi cut interest rate oleh The Fed di tahun 2024 tentu akan memiliki dampak ekonomi yang signifikan, baik di dalam maupun di luar negeri. 

Dampak ekonomi dari cut interest rate dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti:

  • Pertumbuhan ekonomi: Cut interest rate akan menurunkan biaya pinjaman dan meningkatkan imbal hasil investasi, sehingga dapat merangsang konsumsi dan investasi, yang merupakan dua komponen utama dari PDB. Cut interest rate juga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan pelaku usaha, yang dapat mendorong aktivitas ekonomi. Dengan demikian, cut interest rate dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi AS.
  • Inflasi: Cut interest rate akan meningkatkan jumlah uang beredar di pasar, sehingga dapat menimbulkan tekanan inflasi. Cut interest rate juga dapat menurunkan nilai tukar dolar AS, sehingga dapat meningkatkan harga barang-barang impor, yang juga dapat menambah tekanan inflasi. Namun, cut interest rate juga dapat meningkatkan output dan tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi celah output dan celah tenaga kerja, yang dapat menekan inflasi. Dengan demikian, cut interest rate dapat memiliki dampak yang ambigu terhadap inflasi AS.
  • Nilai tukar: Cut interest rate akan menurunkan daya tarik dolar AS sebagai mata uang investasi, sehingga dapat menurunkan permintaan dan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lainnya. Hal ini dapat berdampak positif bagi ekspor AS, yang menjadi lebih kompetitif di pasar global, namun berdampak negatif bagi impor AS, yang menjadi lebih mahal. Dengan demikian, cut interest rate dapat mempengaruhi neraca perdagangan dan arus modal AS.
  • Pasar keuangan: Cut interest rate akan meningkatkan likuiditas dan risiko di pasar keuangan, sehingga dapat mendorong kenaikan harga aset, seperti saham, obligasi, dan properti. Hal ini dapat meningkatkan kekayaan dan pendapatan para investor, yang dapat meningkatkan konsumsi dan investasi. Namun, cut interest rate juga dapat menimbulkan gelembung dan ketidakstabilan di pasar keuangan, yang dapat membahayakan stabilitas sistem keuangan. Dengan demikian, cut interest rate dapat mempengaruhi kondisi dan dinamika pasar keuangan AS.


Bagaimana Ketika The Fed Tahun 2022 Terus Menaikkan Interest Rate?

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, The Fed telah melakukan serangkaian kenaikan suku bunga sejak Desember 2015 hingga Desember 2019, sebanyak sembilan kali, dari kisaran 0,25%-0,5% menjadi 2,25%-2,5%. Hal ini dilakukan untuk menormalkan kebijakan moneter setelah krisis keuangan global 2008-2009, yang memaksa The Fed untuk menurunkan suku bunga hingga mendekati nol dan meluncurkan program pembelian aset dalam skala besar.


Kenaikan suku bunga oleh The Fed dilakukan secara bertahap dan hati-hati, dengan mempertimbangkan data dan indikator ekonomi, serta komunikasi yang jelas dan transparan kepada publik. Tujuan dari kenaikan suku bunga adalah untuk menjaga stabilitas harga, memaksimalkan lapangan kerja, dan menciptakan buffer (ruang gerak) untuk kebijakan moneter di masa depan.


Kenaikan suku bunga oleh The Fed pada tahun 2022 terjadi di tengah kondisi ekonomi AS yang kuat, dengan pertumbuhan PDB mencapai 3% secara tahunan, tingkat pengangguran mencapai 3,5%, dan inflasi mencapai 2%. Kenaikan suku bunga juga terjadi di tengah ketidakpastian global, seperti perang dagang AS-China, Brexit, ketegangan geopolitik, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang.


Dampak dari kenaikan suku bunga oleh The Fed pada tahun 2022 dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti:

  • Pertumbuhan ekonomi: Kenaikan suku bunga akan meningkatkan biaya pinjaman dan menurunkan imbal hasil investasi, sehingga dapat menekan konsumsi dan investasi, yang merupakan dua komponen utama dari PDB. Kenaikan suku bunga juga dapat menurunkan kepercayaan konsumen dan pelaku usaha, yang dapat menghambat aktivitas ekonomi. Dengan demikian, kenaikan suku bunga dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi AS.
  • Inflasi: Kenaikan suku bunga akan menurunkan jumlah uang beredar di pasar, sehingga dapat menekan inflasi. Kenaikan suku bunga juga dapat meningkatkan nilai tukar dolar AS, sehingga dapat menurunkan harga barang-barang impor, yang juga dapat menekan inflasi. Namun, kenaikan suku bunga juga dapat meningkatkan output dan tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi celah output dan celah tenaga kerja, yang dapat menekan inflasi. Dengan demikian, kenaikan suku bunga dapat memiliki dampak yang ambigu terhadap inflasi AS.
  • Nilai tukar: Kenaikan suku bunga akan meningkatkan daya tarik dolar AS sebagai mata uang investasi, sehingga dapat meningkatkan permintaan dan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lainnya. Hal ini dapat berdampak negatif bagi ekspor AS, yang menjadi kurang kompetitif di pasar global, namun berdampak positif bagi impor AS, yang menjadi lebih murah. Dengan demikian, kenaikan suku bunga dapat mempengaruhi neraca perdagangan dan arus modal AS.
  • Pasar keuangan: Kenaikan suku bunga akan menurunkan likuiditas dan risiko di pasar keuangan, sehingga dapat menekan kenaikan harga aset, seperti saham, obligasi, dan properti. Hal ini dapat menurunkan kekayaan dan pendapatan para investor, yang dapat menurunkan konsumsi dan investasi. Namun, kenaikan suku bunga juga dapat meningkatkan stabilitas dan efisiensi pasar keuangan, yang dapat mencegah terjadinya gelembung dan ketidakstabilan. Dengan demikian, kenaikan suku bunga dapat mempengaruhi kondisi dan dinamika pasar keuangan AS.


Bagaimana Investor Menyiapkan Diri dalam Potensi Cut Interest Rate di Tahun 2024?

Mengingat potensi cut interest rate oleh The Fed di tahun 2024, investor perlu menyiapkan diri dengan mengantisipasi dampak dan peluang yang mungkin timbul. Investor perlu memperhatikan beberapa hal, seperti:

  • Portofolio investasi: Investor perlu menyesuaikan portofolio investasinya sesuai dengan ekspektasi dan risiko yang terkait dengan cut interest rate. Secara umum, cut interest rate akan menguntungkan aset-aset yang berisiko tinggi, seperti saham, komoditas, dan mata uang negara berkembang, namun merugikan aset-aset yang berisiko rendah, seperti obligasi, dolar AS, dan mata uang negara maju. Namun, investor juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti valuasi, momentum, sentimen, dan fundamental ekonomi dari masing-masing aset.
  • Strategi investasi: Investor perlu menentukan strategi investasinya sesuai dengan tujuan, profil, dan preferensinya. Ada beberapa strategi investasi yang dapat dipilih, seperti buy and hold, trading, hedging, diversifikasi, dan rebalancing. Setiap strategi memiliki kelebihan dan kekurangan, serta membutuhkan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya yang berbeda. Investor perlu memilih strategi yang paling sesuai dengan kemampuan dan kenyamanannya.
  • Informasi dan analisis: Investor perlu mengikuti perkembangan informasi dan analisis terkini tentang kebijakan moneter The Fed, kondisi ekonomi dan keuangan global, serta dinamika pasar. Informasi dan analisis dapat membantu investor untuk memahami situasi, mengidentifikasi peluang, mengukur risiko, dan membuat keputusan yang tepat. Investor dapat memanfaatkan berbagai sumber informasi dan analisis, seperti media massa, laporan riset, data statistik, indikator pasar, dan sinyal perdagangan.


Demikian artikel yang saya buat tentang potensi cut interest rate oleh The Fed di tahun 2024. Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan manfaat bagi Anda. Terima kasih telah membaca.

Komentar