Langsung ke konten utama

Apakah BI Mengikuti Perubahan Interest Rate The Fed?

Interest rate atau suku bunga adalah persentase yang dikenakan oleh pemberi pinjaman kepada peminjam sebagai biaya penggunaan dana. Suku bunga dapat mempengaruhi berbagai aspek ekonomi, seperti inflasi, pertumbuhan, investasi, konsumsi, nilai tukar, dan lain-lain. Suku bunga yang tinggi cenderung menekan permintaan dan aktivitas ekonomi, sedangkan suku bunga yang rendah cenderung mendorong permintaan dan aktivitas ekonomi.


Bank Sentral BI dan The Fed

Bank sentral adalah lembaga yang berwenang mengatur kebijakan moneter, termasuk menetapkan suku bunga acuan, di suatu negara. Bank sentral biasanya bertujuan untuk menjaga stabilitas harga, nilai tukar, dan pertumbuhan ekonomi. Bank sentral juga berperan sebagai lender of last resort, yaitu pemberi pinjaman terakhir bagi bank-bank komersial yang mengalami kesulitan likuiditas.


Di Indonesia, bank sentral adalah Bank Indonesia (BI), yang memiliki mandat untuk mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. BI menetapkan suku bunga acuan yang disebut BI 7-Day Reverse Repo Rate, yang saat ini berada di level 6%. BI juga melakukan operasi pasar terbuka (open market operation) untuk mengendalikan jumlah uang beredar di pasar.


Di Amerika Serikat, bank sentral adalah The Federal Reserve System (The Fed), yang memiliki mandat untuk memaksimalkan lapangan kerja, menstabilkan harga, dan menjaga stabilitas sistem keuangan. The Fed menetapkan suku bunga acuan yang disebut Federal Funds Rate (FFR), yang saat ini berada di kisaran 5,25%-5,5%. The Fed juga melakukan quantitative easing (QE) atau pembelian aset jangka panjang untuk menambah jumlah uang beredar di pasar.


Kebijakan The Fed

Kebijakan suku bunga The Fed sangat berpengaruh terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia, karena Amerika Serikat adalah negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Perubahan suku bunga The Fed dapat memicu arus modal keluar atau masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang berdampak pada nilai tukar, cadangan devisa, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi.


Pada tahun 2022, The Fed melakukan banyak cut interest rate atau penurunan suku bunga sebesar 250 basis poin, dari 7,75%-8% menjadi 5,25%-5,5%, sebagai respons terhadap perlambatan ekonomi global dan meningkatnya risiko inflasi akibat kenaikan harga-harga komoditas. Cut interest rate ini bertujuan untuk merangsang permintaan dan aktivitas ekonomi di Amerika Serikat, serta mengurangi tekanan inflasi.


Kebijakan Bank Indonesia (BI)

Apakah BI mengikuti perubahan interest rate yang dilakukan The Fed? Jawabannya adalah tidak selalu. BI memiliki kebijakan suku bunga yang independen dan berdasarkan kondisi ekonomi domestik, terutama inflasi dan nilai tukar. BI tidak harus menyesuaikan suku bunga acuannya dengan suku bunga The Fed, tetapi harus mempertimbangkan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.


Sebagai contoh, ketika The Fed melakukan cut interest rate pada tahun 2022, BI tidak ikut melakukan cut interest rate, tetapi malah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 200 basis poin, dari 4,5% menjadi 6,5%, sepanjang tahun 2022. Kenaikan suku bunga BI ini bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai rupiah, yang mengalami pelemahan terhadap dollar AS akibat arus modal keluar dari Indonesia. Kenaikan suku bunga BI juga bertujuan untuk menekan inflasi, yang meningkat akibat kenaikan harga-harga bahan bakar dan bahan pangan.


Perbedaan Kebijakan dan Kondisi Ekonomi

Apa yang menjadi perbedaan kondisi ekonomi saat itu antara Indonesia dan Amerika Serikat? Secara umum, cut interest rate The Fed berdampak positif terhadap perekonomian Amerika Serikat, tetapi berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Cut interest rate The Fed mendorong pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, yang mencapai 4,1% pada tahun 2022, lebih tinggi dari 3,1% pada tahun 2021. Cut interest rate The Fed juga membantu menurunkan inflasi Amerika Serikat, yang turun dari 6,8% pada tahun 2021 menjadi 4,3% pada tahun 2022.


Sementara itu, kenaikan suku bunga BI menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang melambat dari 5,3% pada tahun 2021 menjadi 4,8% pada tahun 2022. Kenaikan suku bunga BI juga tidak mampu menurunkan inflasi Indonesia, yang naik dari 3,4% pada tahun 2021 menjadi 4,1% pada tahun 2022. Kenaikan suku bunga BI berhasil menjaga stabilitas nilai rupiah, yang bergerak di kisaran Rp 14.000-Rp 15.000 per dollar AS sepanjang tahun 2022.


Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa BI tidak selalu mengikuti perubahan interest rate yang dilakukan The Fed, tetapi memiliki kebijakan suku bunga yang independen dan berdasarkan kondisi ekonomi domestik. Perubahan suku bunga The Fed dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia, terutama nilai tukar, cadangan devisa, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh, ketika The Fed melakukan cut interest rate pada tahun 2022, BI tidak ikut melakukan cut interest rate, tetapi malah menaikkan suku bunga acuannya. Hal ini berdampak positif terhadap perekonomian Amerika Serikat, tetapi berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Terimakasih telah membaca dan sampai jumpa lagi.

Komentar