Langsung ke konten utama

Mengapa Saham GOTO Terus Turun Sejak IPO? Ini Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) menjadi salah satu saham yang paling dinanti-nantikan oleh investor di tahun 2022. Pasalnya, GOTO merupakan hasil merger dari dua unicorn Indonesia, yaitu Gojek dan Tokopedia, yang memiliki bisnis di berbagai sektor seperti transportasi, e-commerce, fintech, hingga digital entertainment.


Namun, sejak melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada 11 April 2022, saham GOTO justru terus mengalami penurunan. Dari harga penawaran Rp 338 per saham, saham GOTO kini hanya berkisar di level Rp 200-an per saham, atau turun lebih dari 40 persen.


Lalu, apa penyebab saham GOTO terus turun sejak IPO? Apakah ada hubungannya dengan antusiasme masyarakat yang tinggi saat IPO, sell on news oleh para pemegang saham private, valuasi saham yang overvalue, atau crash saham teknologi dan kripto di waktu yang bersamaan? Berikut ulasan lengkapnya.


Antusiasme Masyarakat yang Tinggi Saat IPO

Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan harga saham GOTO adalah antusiasme masyarakat yang tinggi saat IPO. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IPO GOTO berhasil mencatatkan oversubscribed lebih dari 15 kali, artinya permintaan saham melebihi penawaran.


Hal ini menunjukkan bahwa banyak investor yang tertarik untuk memiliki saham GOTO, baik dari kalangan institusi maupun ritel. Bahkan, GOTO juga mengalokasikan sebagian sahamnya untuk para pengemudi, konsumen, hingga mitra, melalui program Saham Gotong Royong.


Namun, antusiasme yang tinggi ini juga berpotensi menimbulkan spekulasi dan fluktuasi harga saham di pasar sekunder. Beberapa investor mungkin memanfaatkan momentum IPO untuk mendapatkan keuntungan cepat dengan menjual sahamnya setelah harga naik. Hal ini dapat menekan harga saham GOTO di bursa.


Sell on News oleh Para Pemegang Saham Private

Faktor lain yang berpengaruh adalah adanya sell on news oleh para pemegang saham private GOTO. Pemegang saham private adalah mereka yang memiliki saham GOTO sebelum IPO, seperti perusahaan investasi, venture capital, atau founder.


Menurut laporan keuangan GOTO tahun 2021, total modal GOTO sebelum IPO adalah sebesar Rp 139,02 triliun, yang terbentuk dari sejumlah instrumen seperti modal disetor, tambahan modal disetor, saham tresuri, cadangan kompensasi berbasis saham, dan lain-lain.


Dengan IPO, GOTO menawarkan saham baru sebanyak 46,7 miliar saham seri A, yang mewakili 3,43 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Hal ini berarti bahwa pemegang saham private masih memiliki mayoritas saham GOTO, yang dapat mereka jual kapan saja di pasar.


Beberapa pemegang saham private mungkin memilih untuk menjual sahamnya setelah IPO, karena alasan profit taking, diversifikasi portofolio, atau mengurangi risiko. Misalnya, salah satu pemegang saham GOTO yang terus berkurang sejak akhir 2022 adalah GoTo Peopleverse Fund (GPF), yang merupakan lembaga yang mengurusi program kompensasi saham untuk karyawan, konsultan, mantan karyawan, dan jajaran manajemen kunci GOTO.


Valuasi Saham yang Overvalue

Faktor selanjutnya yang dapat memicu penurunan harga saham GOTO adalah valuasi saham yang overvalue. Valuasi saham adalah proses penilaian nilai wajar suatu perusahaan berdasarkan berbagai metode, seperti rasio keuangan, arus kas, atau pertumbuhan.


Salah satu metode yang sering digunakan untuk menilai saham perusahaan teknologi adalah price to gross transaction value (P/GTV), yang membandingkan harga saham dengan nilai transaksi bruto (GTV) yang dihasilkan perusahaan. GTV adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh pengguna untuk menggunakan layanan perusahaan.


Menurut analis Samuel Sekuritas Muhammad Farras Farhan, dengan penawaran harga IPO di rentang Rp 316-Rp 346, maka saham GOTO ditawarkan pada 0,7x-0,8x P/GTV full year forecast 2022. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pesaing GOTO, seperti Sea Ltd yang memiliki 0,5x P/GTV atau Grab Ltd yang memiliki 0,4x P/GTV pada tahun 2021.


Hal ini menunjukkan bahwa saham GOTO dinilai lebih mahal dibandingkan dengan saham perusahaan teknologi lainnya, yang dapat mengurangi daya tarik investor. Apalagi, GOTO masih mencatatkan kerugian operasional dan belum mencapai profitabilitas, yang membuat investor lebih skeptis terhadap prospek bisnisnya.


Crash Saham Teknologi dan Kripto

Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi penurunan harga saham GOTO adalah crash saham teknologi dan kripto di waktu yang bersamaan. Saham teknologi dan kripto adalah dua aset yang memiliki korelasi positif, artinya jika salah satu naik atau turun, maka yang lainnya cenderung mengikuti.


Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, seperti adanya faktor risiko yang sama, seperti regulasi, persaingan, atau sentimen pasar, adanya investor yang berpindah dari satu aset ke aset lainnya, atau adanya integrasi antara teknologi dan kripto, seperti pembayaran digital, blockchain, atau NFT.


Pada bulan Mei 2022, saham teknologi dan kripto mengalami crash yang cukup signifikan, karena dipicu oleh beberapa faktor, seperti kenaikan suku bunga AS, kebijakan pajak baru Presiden Joe Biden, larangan perdagangan kripto di China, atau komentar negatif dari Elon Musk.


Crash ini berdampak pada saham GOTO, yang juga termasuk dalam kategori saham teknologi dan kripto. Selain itu, GOTO juga memiliki ketergantungan dengan kinerja saham induk perusahaannya, yaitu Softbank Group dan Alibaba Group, yang juga mengalami penurunan di bursa global.


Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan harga saham GOTO sejak IPO, yaitu antusiasme masyarakat yang tinggi saat IPO, sell on news oleh para pemegang saham private, valuasi saham yang overvalue, dan crash saham teknologi dan kripto di waktu yang bersamaan.


Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa saham GOTO memiliki volatilitas yang tinggi dan risiko yang besar, yang membutuhkan analisis yang cermat dan strategi yang tepat bagi investor yang ingin berinvestasi di saham GOTO. Investor juga harus memperhatikan perkembangan bisnis dan kinerja keuangan GOTO, serta faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pasar saham.

Komentar