Langsung ke konten utama

Mengenal Energi Geothermal sebagai Energi Baru Terbarukan

Energi adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan. Namun, sebagian besar energi yang digunakan saat ini berasal dari sumber-sumber yang tidak terbarukan, seperti minyak, gas, dan batubara. Penggunaan energi dari sumber-sumber ini memiliki dampak negatif, seperti polusi, pemanasan global, dan keterbatasan cadangan.


Oleh karena itu, diperlukan alternatif sumber energi yang lebih bersih, berkelanjutan, dan melimpah. Salah satu alternatif tersebut adalah energi geothermal, atau energi panas bumi. Energi geothermal adalah energi yang berasal dari panas yang terkandung di dalam bumi, yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, terutama untuk membangkitkan listrik.


Apa itu Energi Baru Terbarukan?

Energi baru terbarukan adalah energi yang berasal dari proses alam yang berkelanjutan, yang tidak menghabiskan sumber daya alam dan tidak mencemari lingkungan. Energi baru terbarukan dapat diperbaharui secara terus-menerus, sehingga tidak perlu khawatir akan kehabisan sumbernya. Beberapa contoh energi baru terbarukan adalah energi matahari, angin, air, biomassa, dan geothermal.


Energi baru terbarukan memiliki banyak manfaat, antara lain:

  • Mengurangi ketergantungan pada energi fosil, yang memiliki cadangan terbatas dan harga yang fluktuatif.
  • Menjaga keseimbangan lingkungan, dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara, air, dan tanah.
  • Mendorong pembangunan daerah, dengan memberikan akses energi yang merata dan murah, terutama di daerah terpencil dan pulau-pulau.
  • Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas hidup, dan mendukung sektor-sektor produktif, seperti pertanian, industri, dan pariwisata.


Mengapa Energi Geothermal Menjadi Solusi Energi Baru Terbarukan?

Energi geothermal adalah salah satu jenis energi baru terbarukan yang memiliki potensi besar, terutama di Indonesia. Energi geothermal memiliki beberapa keunggulan, antara lain:

  • Tersedia sepanjang waktu, tidak terpengaruh oleh cuaca, musim, atau waktu.
  • Memiliki kapasitas faktor yang tinggi, yaitu rasio antara energi yang dihasilkan dengan kapasitas maksimal. Energi geothermal memiliki kapasitas faktor sekitar 80-90%, sedangkan energi matahari dan angin hanya sekitar 20-30%.
  • Memiliki umur operasi yang panjang, yaitu sekitar 20-30 tahun, dengan biaya operasi dan pemeliharaan yang rendah.
  • Ramah lingkungan, karena tidak menghasilkan polusi udara, tidak membutuhkan lahan yang luas, dan tidak mengganggu ekosistem sekitarnya.


Posisi Energi Geothermal Dibanding Energi Baru Terbarukan Lain

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber energi baru terbarukan, termasuk energi geothermal. Indonesia memiliki potensi sumber daya geothermal sekitar 28.994 Megawatt listrik (MWe), yang tersebar di lebih dari 300 titik di seluruh wilayah Indonesia. Potensi ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan cadangan geothermal terbesar di dunia, yang setara dengan sekitar 40% dari total cadangan geothermal dunia.


Namun, pemanfaatan energi geothermal di Indonesia masih belum optimal. Hingga akhir 2020, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga geothermal (PLTP) di Indonesia baru mencapai 2.133,5 MWe, atau sekitar 7,4% dari potensi sumber daya. Jumlah ini masih jauh di bawah target pemerintah, yang mencanangkan bauran energi baru terbarukan mencapai 23% pada 2025 dan 31% pada 2050.


Salah satu faktor yang menghambat pengembangan energi geothermal di Indonesia adalah biaya investasi yang tinggi, terutama untuk tahap eksplorasi dan pemboran. Biaya ini mencapai sekitar 60-70% dari total biaya proyek, dan memiliki risiko kegagalan yang cukup besar¹. Selain itu, ada juga kendala-kendala lain, seperti perizinan, ketersediaan infrastruktur, keterlibatan masyarakat, dan regulasi.


Mengapa Indonesia Lebih Cocok Mengembangkan Energi Geothermal?


Meskipun memiliki tantangan-tantangan, energi geothermal tetap menjadi pilihan yang tepat bagi Indonesia untuk mengembangkan energi baru terbarukan. Hal ini karena beberapa alasan, antara lain:

- Indonesia memiliki potensi geothermal yang sangat besar, yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional, yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk.

  1. Indonesia memiliki kondisi geologi yang ideal untuk pengembangan geothermal, yaitu berada di lingkaran api Pasifik, yang merupakan daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki banyak sumber panas bumi, yang dapat diakses dengan mudah dan murah.
  2. Indonesia memiliki kebijakan yang mendukung pengembangan geothermal, seperti Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi, yang memberikan insentif dan kemudahan bagi investor, baik dalam negeri maupun luar negeri, untuk berinvestasi di sektor geothermal.
  3. Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, yang merupakan salah satu penyebab utama perubahan iklim. Indonesia telah menandatangani Paris Agreement, yang menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada 2030 dan 41% pada 2050. Pengembangan geothermal dapat membantu mencapai target ini, karena geothermal merupakan energi bersih yang tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca.


Energi Geothermal Dalam Menggantikan Energi Batubara 

Energi batubara merupakan sumber energi utama yang digunakan untuk membangkitkan listrik di Indonesia. Pada 2019, bauran energi batubara mencapai 60,4% dari total produksi listrik nasional, yang setara dengan 38.761 MWe. Namun, energi batubara memiliki dampak negatif, seperti polusi udara, pencemaran air, penggundulan hutan, dan emisi gas rumah kaca.


Untuk menggantikan energi batubara dengan energi geothermal, diperlukan sekitar 43.068 MWe kapasitas terpasang PLTP, dengan asumsi kapasitas faktor geothermal sebesar 90% dan batubara sebesar 80%. Jumlah ini masih lebih kecil dari potensi sumber daya geothermal Indonesia, yang mencapai 28.994 MWe. Artinya, Indonesia masih memiliki potensi untuk mengembangkan geothermal lebih banyak lagi, dan bahkan dapat menggantikan sumber energi lain, seperti gas dan minyak.


Berapa Perbedaan Biaya Antara Geothermal dan Batubara di Indonesia?

Biaya energi geothermal dan batubara dapat dibandingkan dari dua aspek, yaitu biaya investasi dan biaya operasi. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk membangun pembangkit listrik, sedangkan biaya operasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan pembangkit listrik, termasuk biaya bahan bakar, pemeliharaan, dan lain-lain.


Biaya investasi geothermal lebih tinggi daripada biaya investasi batubara, karena membutuhkan teknologi yang lebih canggih dan riset yang lebih mendalam. Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), biaya investasi geothermal sekitar 4-6 juta USD per MWe, sedangkan biaya investasi batubara sekitar 1-2 juta USD per MWe.


Namun, biaya operasi geothermal lebih rendah daripada biaya operasi batubara, karena tidak membutuhkan bahan bakar, yang merupakan komponen biaya terbesar untuk batubara. Biaya operasi geothermal sekitar 0,02-0,03 USD per kWh, sedangkan biaya operasi batubara sekitar 0,04-0,05 USD per kWh.


Jika dilihat dari biaya levelized cost of electricity (LCOE), yang merupakan rata-rata biaya total untuk membangkitkan listrik per kWh selama umur operasi pembangkit, geothermal lebih murah daripada batubara. Biaya LCOE geothermal sekitar 0,07-0,09 USD per kWh, sedangkan biaya LCOE batubara sekitar 0,08-0,10 USD per kWh.


Selain itu, geothermal juga memiliki nilai tambah lain, yaitu dapat menghemat impor bahan bakar, mengurangi subsidi energi, dan meningkatkan nilai tukar rupiah. Geothermal juga dapat memberikan manfaat sosial dan lingkungan, seperti meningkatkan kesehatan masyarakat, melestarikan keanekaragaman hayati, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.


Harapan Indonesia Mencapai Target Zero Emision

Energi geothermal merupakan salah satu solusi energi baru terbarukan yang dapat membantu Indonesia mencapai target zero emision, yaitu tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim. Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan kerjasama dan komitmen dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, masyarakat, maupun dunia internasional.


Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:

  • Meningkatkan penelitian dan pengembangan teknologi geothermal, untuk menurunkan biaya investasi, meningkatkan efisiensi, dan menemukan sumber-sumber geothermal baru.
  • Mempercepat proses perizinan dan peraturan, untuk memberikan kepastian hukum, kemudahan, dan insentif bagi investor, baik dalam negeri maupun luar negeri, untuk berinvestasi di sektor geothermal.
  • Meningkatkan keterlibatan masyarakat, untuk memberikan sosialisasi, edukasi, dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan geothermal, serta memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar lokasi geothermal.
  • Meningkatkan kerjasama regional dan global, untuk mendapatkan dukungan teknis, finansial, dan politis dari negara-negara mitra, organisasi internasional, dan lembaga donor, untuk pengembangan geothermal di Indonesia.


Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, diharapkan Indonesia dapat mengoptimalkan potensi geothermal yang dimilikinya, dan menjadi salah satu negara pelopor dalam penggunaan energi bersih dan berkelanjutan.


Demikian artikel yang saya buat tentang energi geothermal sebagai energi baru terbarukan. Semoga artikel ini bermanfaat dan informatif bagi Anda. Terima kasih.

Komentar