Langsung ke konten utama

Peralihan Dominasi Saham Bank ke Saham Teknologi di Amerika

Saham bank adalah saham yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, seperti menyediakan jasa keuangan, kredit, simpanan, investasi, dan lain-lain. Saham bank biasanya memiliki karakteristik stabil, defensif, dan memberikan dividen yang menarik bagi investor.


Saham teknologi adalah saham yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, seperti perangkat keras, perangkat lunak, internet, telekomunikasi, dan lain-lain. Saham teknologi biasanya memiliki karakteristik dinamis, inovatif, dan memberikan potensi pertumbuhan yang tinggi bagi investor.


Saham bank dan teknologi di Amerika merupakan dua sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian negara tersebut. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kinerja saham bank dan teknologi di Amerika menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan.


Performa Saham Bank Sebelum Saham Teknologi Mengambil Peran Penting di Ekonomi

Sebelum saham teknologi mengambil peran penting di ekonomi Amerika, saham bank merupakan salah satu sektor yang paling dominan dan menguntungkan di pasar saham Amerika. Menurut data dari S&P Dow Jones Indices, pada tahun 2000, sektor keuangan memiliki bobot terbesar dalam indeks S&P 500, yaitu sekitar 18,5 persen. Saham bank juga memberikan kontribusi besar terhadap laba bersih perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam indeks S&P 500, yaitu sekitar 27,5 persen pada tahun 2006.


Saham bank di Amerika menikmati masa kejayaan sebelum krisis keuangan global tahun 2008, yang dipicu oleh runtuhnya pasar perumahan dan subprime mortgage di Amerika. Saham bank di Amerika mengalami penurunan tajam akibat krisis tersebut, dan banyak bank yang bangkrut, diselamatkan oleh pemerintah, atau merger dengan bank lain. Menurut data dari Federal Deposit Insurance Corporation antara tahun 2008 hingga 2012, ada sekitar 465 bank yang ditutup oleh regulator karena gagal bayar.


Saham bank di Amerika mulai pulih dari dampak krisis keuangan global sejak tahun 2013, seiring dengan pemulihan ekonomi, peningkatan kredit, dan perbaikan regulasi. Saham bank di Amerika juga mendapat dukungan dari kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga acuan secara bertahap sejak tahun 2015 hingga 2018, yang meningkatkan marjin bunga bersih bank. Menurut data dari S&P Dow Jones Indices, pada tahun 2019, sektor keuangan memiliki bobot sekitar 13,2 persen dalam indeks S&P 500, dan memberikan kontribusi sekitar 16,5 persen terhadap laba bersih perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam indeks tersebut.


Porsi Saham Bank Mulai Tergerus

Sementara saham bank di Amerika mengalami pasang surut akibat krisis keuangan global dan kebijakan The Fed, saham teknologi di Amerika mengalami pertumbuhan yang luar biasa sejak awal abad ke-21. Saham teknologi di Amerika didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, seperti internet, smartphone, cloud computing, artificial intelligence, dan lain-lain, yang menciptakan peluang bisnis baru, meningkatkan produktivitas, dan mengubah perilaku konsumen.


Saham teknologi di Amerika juga mendapat manfaat dari lingkungan makroekonomi yang kondusif, seperti inflasi yang rendah, suku bunga yang rendah, dan stimulus fiskal dan moneter yang besar. Saham teknologi di Amerika juga memiliki daya tahan yang tinggi terhadap dampak pandemi Covid-19, yang mempercepat digitalisasi dan transformasi bisnis di berbagai sektor.


Saham teknologi di Amerika telah mengambil alih posisi saham bank sebagai sektor yang paling dominan dan menguntungkan di pasar saham Amerika. Menurut data dari S&P Dow Jones Indices, pada tahun 2020, sektor teknologi informasi memiliki bobot terbesar dalam indeks S&P 500, yaitu sekitar 27,6 persen. Saham teknologi juga memberikan kontribusi terbesar terhadap laba bersih perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam indeks S&P 500, yaitu sekitar 24,4 persen pada tahun 2020.


Saham teknologi di Amerika juga memiliki nilai pasar (market cap) yang sangat besar, bahkan melebihi produk domestik bruto (PDB) negara-negara maju. Menurut data dari YCharts, pada akhir tahun 2020, lima perusahaan teknologi terbesar di Amerika, yaitu Apple, Microsoft, Amazon, Alphabet (induk usaha Google), dan Facebook, memiliki total market cap sekitar 7,5 triliun dollar AS, yang setara dengan PDB Jerman dan Prancis. Saham teknologi di Amerika juga memiliki pengaruh besar terhadap ekonomi Amerika, baik melalui penciptaan lapangan kerja, investasi, penelitian dan pengembangan, maupun pajak.


Porsi Seluruh Saham Teknologi Amerika Saat Ini

Saham teknologi di Amerika masih menjadi primadona di pasar saham Amerika hingga saat ini, meskipun menghadapi beberapa tantangan, seperti persaingan global, regulasi ketat, dan tekanan inflasi. Saham teknologi di Amerika masih menunjukkan kinerja yang mengesankan, baik dari sisi pendapatan, laba, maupun pertumbuhan.


Menurut data dari S&P Dow Jones Indices, pada akhir tahun 2021, sektor teknologi informasi memiliki bobot sekitar 28,8 persen dalam indeks S&P 500, naik dari 27,6 persen pada akhir tahun 2020. Saham teknologi juga memberikan kontribusi sekitar 23,9 persen terhadap laba bersih perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam indeks S&P 500, turun sedikit dari 24,4 persen pada akhir tahun 2020.


Saham teknologi di Amerika juga masih memiliki nilai pasar yang sangat tinggi, bahkan mencapai rekor baru. Menurut data dari YCharts, pada akhir Januari 2022, lima perusahaan teknologi terbesar di Amerika, yaitu Apple, Microsoft, Amazon, Alphabet, dan Facebook, memiliki total market cap sekitar 10,3 triliun dollar AS, yang setara dengan PDB Jepang dan Jerman. Saham teknologi di Amerika juga masih memiliki pengaruh besar terhadap ekonomi Amerika, baik melalui inovasi, ekspansi, maupun kemitraan dengan sektor lain.


Apakah Saham Bank di Indonesia Akan Bernasib Sama?

Saham bank di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dengan saham bank di Amerika, baik dari sisi struktur, regulasi, maupun prospek. Saham bank di Indonesia masih memiliki pangsa pasar yang besar, karena tingkat inklusi keuangan di Indonesia masih rendah, yaitu sekitar 76 persen pada tahun 2019, menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan. Saham bank di Indonesia juga masih memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi, karena permintaan kredit di Indonesia masih tinggi, terutama dari sektor UMKM, infrastruktur, dan konsumsi.


Saham bank di Indonesia juga mendapat dukungan dari kebijakan pemerintah dan otoritas moneter, yang bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, mendorong pemulihan ekonomi, dan mendorong transformasi digital. Beberapa kebijakan yang menguntungkan saham bank di Indonesia antara lain:

  • Relaksasi peraturan perbankan, seperti penurunan rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM), penurunan rasio intermediasi makroprudensial (RIM), dan penurunan rasio likuiditas makroprudensial (RLM), yang memberikan ruang bagi bank untuk meningkatkan penyaluran kredit dan mengurangi biaya operasional.
  • Program restrukturisasi kredit, yang memberikan kelonggaran bagi debitur yang terdampak Covid-19 untuk menunda atau mengubah jadwal pembayaran kredit, tanpa mengubah status kredit menjadi bermasalah.
  • Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), yang menyediakan dana talangan, penjaminan kredit, dan subsidi bunga bagi sektor-sektor prioritas, seperti UMKM, kesehatan, pariwisata, dan industri strategis.
  • Program QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), yang merupakan sistem pembayaran digital yang terintegrasi dan interoperabel, yang memungkinkan bank untuk bersaing dengan fintech dan e-commerce dalam menyediakan layanan keuangan digital.


Saham bank di Indonesia juga memiliki kinerja yang cukup baik, meskipun masih dibayangi oleh pandemi Covid-19, yang menekan pertumbuhan ekonomi, permintaan kredit, dan kualitas aset. Menurut data dari Indonesia Stock Exchange, pada akhir tahun 2021, indeks sektor keuangan memiliki kenaikan sekitar 13,6 persen, lebih tinggi dari kenaikan indeks LQ45 yang sekitar 11,8 persen. Saham bank di Indonesia juga memberikan dividen yang menarik bagi investor, dengan rata-rata yield sekitar 4,2 persen pada akhir tahun 2021.


Bagaimana Strategi Investor di Indonesia Terkait Hal Ini?

Saham bank dan teknologi di Indonesia memiliki prospek yang berbeda dengan saham bank dan teknologi di Amerika, karena kondisi pasar, regulasi, dan kompetisi yang berbeda. Oleh karena itu, strategi investor di Indonesia terkait hal ini juga harus disesuaikan dengan karakteristik dan potensi masing-masing sektor.


Saham bank di Indonesia masih memiliki peluang untuk tumbuh dan memberikan return yang stabil bagi investor, asalkan dapat mengatasi tantangan yang ada, seperti peningkatan kualitas aset, peningkatan efisiensi operasional, dan peningkatan kapasitas digital. Investor di Indonesia dapat memilih saham bank yang memiliki kinerja keuangan yang solid, prospek bisnis yang baik, dan valuasi yang wajar.


Saham teknologi di Indonesia juga memiliki peluang untuk tumbuh dan memberikan return yang tinggi bagi investor, asalkan dapat memanfaatkan peluang yang ada, seperti peningkatan penetrasi internet, perubahan perilaku konsumen, dan dukungan pemerintah. Investor di Indonesia dapat memilih saham teknologi yang memiliki model bisnis yang inovatif, pertumbuhan pendapatan yang cepat, dan potensi pasar yang besar.


Saham bank dan teknologi di Indonesia dapat menjadi bagian dari portofolio investasi yang seimbang dan diversifikasi, yang dapat mengurangi risiko dan meningkatkan return. Investor di Indonesia dapat menyesuaikan alokasi saham bank dan teknologi sesuai dengan profil risiko, tujuan investasi, dan jangka waktu investasi mereka.


Demikian artikel yang saya buat tentang saham bank underperform saat saham teknologi datang di Amerika. Semoga artikel ini bermanfaat dan informatif bagi Anda. Terima kasih.

Komentar