Langsung ke konten utama

Perbandingan Saham GOTO dan Grab: Siapa yang Lebih Unggul?

GOTO dan Grab adalah dua raksasa teknologi asal Asia Tenggara yang bergerak di bidang transportasi, logistik, e-commerce, dan fintech. Kedua perusahaan ini memiliki persaingan sengit di pasar Indonesia, yang merupakan pasar terbesar di kawasan ini. Pada tahun 2022, kedua perusahaan ini melakukan langkah besar dengan melantai di bursa saham. Namun, cara IPO yang mereka pilih berbeda, begitu juga dengan performa harga sahamnya. Lalu, bagaimana pandangan masyarakat tentang aplikasi Gojek dan Grab di Indonesia? Artikel ini akan membahas perbandingan saham GOTO dan Grab dari berbagai aspek.


Perbedaan Cara IPO GOTO dan Grab

GOTO adalah hasil merger antara Gojek dan Tokopedia, dua unicorn terbesar di Indonesia. GOTO melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada bulan April 2022, dengan menawarkan 48 miliar saham baru dengan harga awal Rp 316-Rp 346 per saham. GOTO berhasil menghimpun dana sekitar Rp 15,8 triliun (sekitar $1,1 miliar) dari IPO ini, dan menjadi perusahaan rintisan dengan valuasi tertinggi di Indonesia, yaitu sekitar $26 miliar.


Grab, di sisi lain, memilih jalur IPO non konvensional, yaitu melalui SPAC (special purpose acquisition company), yang merupakan perusahaan shell yang dibentuk untuk mengakuisisi perusahaan lain dan membawanya ke bursa saham. Grab bergabung dengan Altimeter Growth Corp, sebuah SPAC yang terdaftar di bursa Nasdaq, pada bulan Desember 2021, dengan kesepakatan yang memberikan valuasi Grab sebesar $40 miliar. Grab menjadi perusahaan rintisan dengan valuasi tertinggi di Asia Tenggara, dan IPO terbesar yang pernah dilakukan oleh perusahaan Asia di AS.


Perbedaan cara IPO GOTO dan Grab ini menunjukkan strategi dan preferensi masing-masing perusahaan. GOTO lebih memilih melantai di bursa lokal, untuk menunjukkan komitmennya terhadap pasar Indonesia, dan untuk mendapatkan dukungan dari investor lokal. Grab, sebaliknya, lebih memilih melantai di bursa AS, untuk mendapatkan akses ke pasar modal yang lebih besar dan likuid, dan untuk menarik investor global. Selain itu, SPAC juga memberikan keuntungan bagi Grab, seperti proses yang lebih cepat, biaya yang lebih rendah, dan fleksibilitas dalam menentukan valuasi.


Perbedaan Performa Harga Saham GOTO dan Grab

Meskipun keduanya melantai di bursa saham pada tahun yang sama, performa harga saham GOTO dan Grab berbeda jauh. Saham GOTO, yang diperdagangkan dengan kode GOTO, mengalami kenaikan sejak IPO, dan mencapai level tertinggi Rp 425 per saham pada bulan Agustus 2022. Pada akhir tahun 2022, saham GOTO ditutup di level Rp 395 per saham, naik 14,5% dari harga IPO. Pada akhir Januari 2023, saham GOTO berada di level Rp 410 per saham, dengan kapitalisasi pasar sekitar Rp 390 triliun (sekitar $26,4 miliar).


Saham Grab, yang diperdagangkan dengan kode GRAB, mengalami penurunan sejak melantai di Nasdaq. Saham Grab dibuka di level $13,6 per saham pada hari pertama perdagangan, namun ditutup di level $11,2 per saham, turun 17,6%. Pada akhir tahun 2021, saham Grab ditutup di level $4,5 per saham, anjlok 67% dari harga IPO. Pada akhir Januari 2023, saham Grab berada di level $3,07 per saham, dengan kapitalisasi pasar sekitar $12 miliar (sekitar Rp 178,8 triliun).


Perbedaan performa harga saham GOTO dan Grab ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kinerja keuangan, prospek bisnis, sentimen pasar, dan faktor eksternal. Secara kinerja keuangan, keduanya masih mencatatkan kerugian, namun Grab memiliki pendapatan yang lebih besar dari GOTO. Pada kuartal pertama 2022, Grab mencatatkan pendapatan sebesar $228 juta (sekitar Rp 3,74 triliun), sementara GOTO mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,5 triliun. Namun, Grab juga memiliki kerugian yang lebih besar dari GOTO. Pada kuartal ketiga 2022, Grab mencatatkan kerugian sebesar $1,1 miliar (sekitar Rp 17,6 triliun), sementara GOTO mencatatkan kerugian sebesar Rp 9,5 triliun.


Secara prospek bisnis, keduanya memiliki potensi pertumbuhan yang besar, mengingat pasar Asia Tenggara yang masih memiliki tingkat penetrasi internet dan smartphone yang rendah, serta permintaan akan layanan transportasi, logistik, e-commerce, dan fintech yang tinggi. Namun, Grab memiliki keunggulan dalam hal diversifikasi bisnis, karena telah berekspansi ke beberapa negara di Asia Tenggara, serta memiliki layanan keuangan yang lebih lengkap, seperti asuransi, pinjaman, dan investasi¹⁴. GOTO, di sisi lain, lebih fokus di pasar Indonesia, dan memiliki layanan keuangan yang lebih terbatas, seperti dompet digital, pembayaran, dan pinjaman mikro.


Secara sentimen pasar, saham GOTO mendapat dukungan dari investor lokal, yang melihat GOTO sebagai perusahaan rintisan paling sukses di Indonesia, dan memiliki loyalitas pelanggan yang tinggi. Saham GOTO juga mendapat rekomendasi beli dari sejumlah analis, dengan target harga rata-rata Rp 450 per saham. Saham Grab, sebaliknya, mendapat tekanan dari investor global, yang skeptis terhadap valuasi dan prospek Grab, terutama di tengah persaingan ketat dengan GOTO dan Sea Group, perusahaan teknologi asal Singapura yang juga bergerak di bidang transportasi, e-commerce, dan fintech. Saham Grab juga mendapat rekomendasi jual dari sejumlah analis, dengan target harga rata-rata $3,5 per saham.


Secara faktor eksternal, saham GOTO dan Grab juga dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi, politik, dan pandemi Covid-19. Saham GOTO mendapat manfaat dari pemulihan ekonomi Indonesia, yang tumbuh 7,07% pada kuartal kedua 2022, serta pelonggaran pembatasan mobilitas, yang meningkatkan permintaan akan layanan transportasi dan logistik. Saham Grab, di sisi lain, mendapat dampak negatif dari perlambatan ekonomi global, yang hanya tumbuh 5,6% pada tahun 2021, serta penyebaran varian Omicron, yang menimbulkan kekhawatiran akan kembali diberlakukannya lockdown di beberapa negara.


Pandangan Masyarakat tentang Aplikasi Gojek vs Grab di Indonesia

Gojek dan Grab adalah dua aplikasi transportasi online yang paling populer di Indonesia. Keduanya menawarkan berbagai layanan, seperti ojek online, taksi online, pengiriman barang, pesan antar makanan, dan lain-lain. Namun, bagaimana pandangan masyarakat tentang aplikasi Gojek vs Grab di Indonesia?


Menurut survei yang dilakukan oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) pada periode Agustus-September 2022, Gojek menjadi aplikasi transportasi online favorit masyarakat Indonesia. Dari 2.310 responden yang berada di enam provinsi, berikut datanya:

- 67,8% menyatakan menggunakan Gojek, sementara 32,2% menyatakan menggunakan Grab.

- 59,4% menyatakan lebih puas dengan layanan Gojek, sementara 40,6% menyatakan lebih puas dengan layanan Grab.

- 54,1% menyatakan lebih setia dengan Gojek, sementara 45,9% menyatakan lebih setia dengan Grab.


Survei ini menunjukkan bahwa Gojek memiliki keunggulan dalam hal pangsa pasar, kepuasan pelanggan, dan loyalitas pelanggan di Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap Gojek antara lain adalah:

- Gojek adalah aplikasi transportasi online pertama di Indonesia, yang diluncurkan pada tahun 2010, sehingga memiliki brand awareness yang lebih tinggi dari Grab, yang masuk ke Indonesia pada tahun 2014.

- Gojek memiliki lebih banyak mitra pengemudi, yang mencapai 2 juta orang, dibandingkan dengan Grab, yang hanya memiliki 1,2 juta orang. Hal ini membuat Gojek lebih mudah ditemukan dan diakses oleh pelanggan, terutama di daerah-daerah yang kurang terlayani oleh transportasi umum.

- Gojek memiliki lebih banyak variasi layanan, yang mencakup 22 layanan, seperti GoRide, GoCar, GoFood, GoShop, GoSend, GoPay, GoMed, GoTix, dan lain-lain. Grab, di sisi lain, hanya memiliki 14 layanan, seperti GrabBike, GrabCar, GrabFood, GrabExpress, GrabPay, GrabHealth, GrabMart, dan lain-lain. Hal ini membuat Gojek lebih memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, yang beragam dan dinamis.

- Gojek memiliki lebih banyak program loyalitas dan promosi, yang memberikan insentif dan diskon bagi pelanggan, seperti GoClub, GoPoints, GoDeals, GoRewards, dan lain-lain. Grab, di sisi lain, hanya memiliki program loyalitas GrabRewards, yang memberikan poin yang dapat ditukarkan dengan voucher dan hadiah. Hal ini membuat Gojek lebih menarik dan menguntungkan bagi pelanggan, yang senang mendapatkan harga murah dan nilai tambah.


Kesimpulan

GOTO dan Grab adalah dua perusahaan teknologi yang berkompetisi di pasar Asia Tenggara, terutama di Indonesia. Keduanya memiliki perbedaan dalam cara IPO, performa harga saham, dan pandangan masyarakat tentang aplikasi transportasi online mereka. GOTO lebih unggul dalam hal IPO di bursa lokal, harga saham yang naik, dan preferensi masyarakat yang lebih tinggi terhadap Gojek. Grab lebih unggul dalam hal IPO di bursa AS, pendapatan yang lebih besar, dan diversifikasi bisnis yang lebih luas. Kedua perusahaan ini masih memiliki potensi pertumbuhan yang besar, namun juga menghadapi tantangan dan ancaman yang tidak ringan. Siapakah yang akan menjadi pemenang di pasar Asia Tenggara? Hanya waktu yang akan menjawab.

Komentar